Teruntuk : cinta,
Di pemberhentian seribu petanyaan yang tak bisa di tawar.
Cinta, kunang-kunang padang malam berkumandang dengan syair lawas, mulai merenggut hitam di pelataran langit yang ketika ini aku bersamamu memadu kasih. Seolah ada saksi tanpa telinga, tanpa pemandangan dingin di semburat wajahnya
Cinta, aku di sini karena pengembaraan. Jadi jangan kau pernah bertanya,”Kapan gelap membawamu terbang?”. Jangan pernah berkata, ”kapan kau pergi?” karena itu bisa. Bisa-bisa menjadi luka. Luka menjadi lara. Lara menjadi kebencian dan dendam. Dan aku tak pernah mau menyimpan benci dan dendam
Cinta, aku hanyalah seorang perindu. Aku telah sering dikecewakan oleh para iblis yang bermuka cantik lagi mempesona. Sekarang aku hanya ingin memenuhi jalan-jalan yang ada di hamparan bumi ini dengan dosa-dosa. Dan hanya diriku sendiri yang aku percaya. Sedangkan iman hanyalah perdebatan dengan orang-orang yang merasa dirinya waras. Dan akhirnya mereka mengatakan aku atheis.
Cinta, izinkan aku mengalungkan tasbihku untuk Tuhanku. Agar Dia sudi mampir dalam tenggorokanku saat aku hendak mati. Atau di tanganku, agar terus berputar menyebut-nyebut Asma yang dicintainya.
Cinta, semua temanku sudah membencimu sekarang. Hanya tinggal aku seorang yang mencintaimu. Berikan sembilan puluh sembilan persen cintamu dan selebihnya terserah kau, mau kau apakan. Atau seluruhnya saja, agar engkau tak lagi butuh siapapun. Jangan separuh-separuh kau mencintaiku, karena jika kau menghianatiku lagi seperti yang lain, yang separuh itu akan aku buang dan aku cincang lalu seperti kanibal, ku makan sampai lumat. Setelah itu semuanya hanyalah sampah kotor.
Cinta, sekarang aku sedang berpuasa. Bukan karena kau aku berpuasa. Aku berpuasa karena aku puasa. Jika aku tidak puasa maka kau tidak berpuasa. Aku juga tidak mau masuk surga karena terpaksa berpuasa. Puasa tak akan bisa menghapus dosa-dosaku yang telah dua puluh tahun ku kumpulkan.
Cinta, oh Cinta. Cintanya untuk cintanya. Cintaku untuk cintaku. Cintanya hanya cintanya. Cintaku hanya cintaku. Cintaku untuknya. Cintanya untukku.
Puasa oh puasa. Puasanya untuk Tuhannya. Puasaku untuk Tuhanku. Puasanya hanya puasanya. Puasaku hanya puasaku. Puasaku untuk Tuhanku. Puasanya untukku.
Cinta, Tuhan, Puasa. Cinta Tuhan dalam puasa. Puasa cinta dalam Tuhan. Tuhan cinta Puasa.
Cinta, sekarang aku telah berbuka denga roti dan lauk kepengecutan. Demikianlah aku bersembunyi dalam ketakutan dan membuatku hina. Sedang saat ini mereka berpuasa dan berdoa untuk kekayaan mereka, kesuksesan, kesehatan, dan jika doa itu tidak terkabul maka lenyaplah semua kesempatannya.
Cinta, aku ingin taubat. Tapi aku hanyalah orang lemah. Mungkin aku akan bertaubat saat gigi-gigiku sudah rontok, penyakit reumatik sudah mejalar di persendianku, pemandanganku sudah kabur dan lenyap semua kemampuanku. Tapi apakah taubatku ini akan diterima?
Dari :pecinta gila
Di pengasingan kata-kata dan dogma-dogma.
Jogja, 25 muharram 1430 H
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar