PAIJO DAN SANDAL JEPIT

Paijo bukan pemuda yang pandai mengaji. Ia hanya bisa mengeja Alif, Ba, Ta, itupun masih dibantu oleh Adiknya yang lebih pandai daripada Paijo.

Suatu ketika Pak Haji Sobri memberikan ceramah tentang bersedekah di Langgar tempat ia biasa mengaji. "Bapak-Bapak, Ibu-ibu jamaah sekalian, sedekah itu tidak hanya dengan harta kita, tidak hanya dengan memberi uang pada pengemis di jalan-jalan. tapi sedekah bisa dilakukan dimana saja kita berada. tersenyum dengan tulus, itu sedekah, mencari rizki untuk keluarga kita itu juga sedekah. bahkan menata sandal di depan masjid juga termasuk sedekah,"

Setelah mendengar ceramah Haji Sobri, Paijo segera menuju depan Langgar dan menata sandal-sandal yang ada di sana. begitu selesai, ia segera masuk kembali ke dalam Langgar. Selesai pengajian, para jama'ah dikegetkan oelh sandal-sadal mereka yang sudah tertata rapi. mereka mengira berkah petuah Kiai Sobri lah yang membuat sandal mereka bisa tertata rapi. hari berganti hari, minggu berganti minggu, hingga bebebrapa bulan berselang, Paijo tetap setia menata sandal para jama'ah di Langgar tersebut tanpa ada orang yang tahu.

suatu ketika, selesai jama'ah shalat isya', ia pun pulang seperti biasa. para jama'ah pun sudah pulang semua, tinggal Paijo Sendirian. begitu ia mau melangkah Keluar Langgar, ia menemukan sebuah bingkisan kotak lumayan besar. pelan pelan ia membuka bingkisan tersebut dan dia menemukan secarik kertas dan sesuatu yang dibungkus kertas koran.

"untuk orang yang selalu istiqomah menata sandal-sandal jama'ah"

bungkusan itu ternyata berisi SANDAL. Paijo yang senang bukan main. Di kertas koran pembungkus sandal tersebut, Paijo membaca sebuah lowongan pekerjaan dikota.

Paijo pergi pun ke KOta untuk merantau, mencari pekerjaan seperti yang ada di koran tersebut untuk membantu bapaknya yang sudah udzur. dengan kepergian Paijo, sandal para jama'ah menjadi berantakan lagi. para Jama'ah pun bingung mengapa sandal mereka tidak ada yang menata lagi seperti biasa. mereka kemudian mengadukan hal ini pada Kiai Sobri, "Pak Kiai, mengapa sandal-sandal kami menjadi berantakan lagi, padahal kan biasanya sandal-sandal kami ada yang merapikannya. apa karomah Kiai sudah habis"

dengan tenang Kiai Sobri menjawab," Lha kalian Sendiri tidak mensyukuri nikmat. mestinya kalian juga ikut menjaga sandal kalian sendiri, jangan mengaharapkan sandal kalian tertata rapi. Kalian sendiri yang harus menatanya"

mendengar kata-kata Kiai Sobri, para jama'ah menjadi tersadar kalau tindakan mereka salah. merekalah yang harus menata sandal mereka sendiri. sejak saat itu pun tidak ada lagi sandal yang tercecer, semua orang yang masuk ke Langgar menata sandal mereka serapi mungkin.

beberapa tahun berlalu, Paijo kembali ke kampungnya bersama calon istrinya. ia mengunjungi keluarganya yang sudah lama ia tinggalkan. tiap bulan memang ia selalu mengirimi mereka Uang. sekarang Paijo sudah menjadi orang sukses dikota. Orang-orang kampung tak menyangka Paijo akan menjadi konglomerat, padahal dulu ia hanya pemuda yang bodoh. tapi, paijo membuktikan bahwa dengan kerja keras dan niat hati yang ikhlas, semua cita-citanya bisa tercapai.

waktu shalat pun berkumandang, Paijo mengajak calon istrinya menuju ke langgar untuk shalat berjamaah.

Ia kaget bukan main melihat sandal-sandal di Langgar selalu rapi. ia berdoa dalam hati, "Gusti Allah, lipat-gandakan pahala orang-orang yang menata sandal-sandalnya lebih dari yang hamba dapatkan ini.... AMIN"

calon istrinya bertanya ada apa? tapi Paijo hanya menjawab, "Sudahlah ga usah dipikirkan, Ayo sholat!"

Ia pun dan calon istrinya menuju ke dalam langgar dengan terus bertahmid,,,,,
"Alhamdulillah....Alhamdulillah....Alhamdulillah....Alhamdulillah......
Alhamdulillah....Alhamdulillah....Alhamdulillah....Alhamdulillah...."...
................................................................................."

0 komentar: