![]() |
Himpunan mahasiswa Islam |
![]() |
Ikatan Mahasiswa MUhammadiyah |
![]() |
Aksi mahasiswa PMII |
Oleh : Dedy Yanwar (Fisipol UGM 2006)
Sejarah telah menyaksikan berbagai peristiwa besar di dunia yang tidak lepas dari aktor intelektual di belakangnya. Kaum intelektual yang diwakili masyarakat kampus termasuk juga mahasiswa sering menjadi penggagas utama dalam setiap perubahan. Kita tentu ingat founding father bangsa ini juga berasal dari kampus, bagaimana Soekarno, Muh. Hatta, Syahrir, Muh. Natsir berangkat dari dunia kampus untuk memberikan gagasan-gagasan mereka yang ingin mengangkat bangsa Indonesia dari keterpurukan. Kita paham betul mahasiswa adalah salah satu representasi masyarakat terdidik yang paling utama. Mereka ditempa dan saling berdialektika dalam suatu dunia yang bernama “ dunia kampus”, dan dari tempat semacam ini Insya Allah akan terbentuk basis intelektual yang mapan.
Bangsa ini merindukan sentuhan mahasiswa yang terpanggil jiwanya untuk ikut memberikan kontribusi yang nyata, maka gerakan mahasiswa hadir dalam rangka tersebut. Gerakan mahasiswa hanya ingin menyumbangkan goresan tinta mereka dalam sebuah lukisan yang bernama Indonesia. Mewujudkan idealisme yang masih murni tanpa ada kepentingan apapun. Apalagi di era demokrasi ini mahasiswa punya andil penting dalam check and balances pemerintahan. Mahasiswa merupakan pilar kelima setelah pers/media massa dalam lima pilar demokrasi.
Semenjak peristiwa fenomenal tahun 1998 ketika saat itu hampir seluruh mahasiswa bergerak untuk menyongsong reformasi. Hingga saat ini peristiwa seperti itu dan prestisme gerakan mahasiswa sangat sulit terulang. Bahkan bisa dibilang dari semenjak tahun kejayaan mahasiswa tahun 1998 hingga sekarang tahun 2009, sebelas tahun berlalu grafik penilaian terhadap gerakan mahasiswa terus menurun. Banyak faktor yang menyebabkan gerakan mahasiswa tidak menemukan “ruhnya” kembali. Salah satunya yang banyak disebutkan yakni karena mahasiswa tidak mampu menemukan lagi momentum yang tepat untuk bergerak. Iklim demokrasi membawa dampak kultur perubahan bagi masyarakat. Setiap elemen masyarakat bebas untuk berpendapat dan mengadvokasi diri mereka sendiri. Padahal sebelumnya mahasiswa punya fungsi strategis untuk mengadvokasi masyarakat yang tertindas. Akhirnya kini mahasiswa kehilangan taringnya karena masyarakat yang seolah-olah ”tidak membutuhkan pembelaan lagi dari mahasiswa”.
Selain karena faktor diatas, ada faktor yang lebih dominan yang mempengaruhi pergerakan mahasiswa, yakni gencarnya arus globalisasi di Indonesia. Globalisasi saat ini tidak dapat dihindarkan lagi di berbagai negara termasuk di Indonesia. Menyikapi ini tentu sebuah gerakan mahasiswa harus mampu menyusaikan dengan hati-hati, agar tidak tergelincir nantinya. Globalisasi satu sisi memang menawarkan suatu kebaikan dan kemajuan, tapi di sisi yang lain juga membawa dampak yang negatif bagi masyarakat.
Pesatnya perkembangan dunia informasi dan tekhnologi yang berasal dari luar hakikatnya membawa keuntungan bagi kita, tapi ternyata juga membawa efek buruk. Sekarang muncul model hidup manusia baru yang lebih mementingkan kemewahan dunia akibat terbawa trend dari luar. Bahkan ini telah menjadi suatu gerakan tersendiri, yang disebut gerakan “Hedonisme”. Tentu saja jadi kabar buruk bagi pergerakan mahasiswa. Ketika hedonisme masuk dan mulai merasuk dalam setiap pribadi mahasiswa, yang ada hanyalah membuat mahasiswa semakin apatis terahadap kepentingan negara dan masyarakatnya. Mahasiswa hedon hanya peduli terhadap kepentingan pribadi dan kesenangan mereka sendiri. Sekarang musuh bersama setiap gerakan mahasiswa yang mempunyai nilai kebaikan telah jelas, yaitu gaya hidup hedon dan gerakannya yang bernama hedonisme.
Selain membawa hedonisme, globalisasi juga menawarkan satu paham yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini, bahkan bisa jadi akan semakin merusak tatanan kehidupan di Indonesia. Neo liberalisme adalah paham yang berasal dari dunia barat. Paham ini berpotensi menjerumuskan masyarakat kedalam persaingan ekonomi yang bebas tanpa ada intervensi dari pemerintah. Akhirnya yang terjadi adalah orang-orang yang punya kekuasaan dan bermodal terus menindas rakyat miskin yang semakin termarginalkan. Hampir semua gerakan mahasiswa sepakat tentang ini, dan menentang keras diterapkannya paham neoliberalisme
Pergerakan mahasiswa sekarang dalam keadaan kritis, eksistensinya semakin tidak jelas. Sudah saatnya gerakan mahasiswa memutar haluan dan mencoba mencari arahan baru yang sesuai dengan tantangan jaman. Rekonstruksi sebuah pergerakan mahasiswa tak dapat ditunda-tunda lagi jika tetap ingin eksis. Dengan itu gerakan mahasiswa akan siap untuk menjawab tantangan globalisasi dunia, sampai tujuan mulia itu terwujud di bumi pertiwi ini.
0 komentar:
Posting Komentar