REVOLUSI 1848 dan PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MARX Bagian II


Materialisme Historis dan Komunisme Ilmiah  
 
Sebelum menjelaskan perkembangan-perkembangan teoritik penting yang menuntun Marx dalam mengembangkan teori materialisme historis, perlulah diperkenalkan Frederick Engels, yang sebagaimana ditulis Marx sendiri `telah menempuh jalan yang lain … namun tiba pada hasil yang sama'.14
Frederich Engels

Engels dilahirkan pada tahun 1820 di Barmen, Westphalia, dalam sebuah keluarga Kristen Calvinist yang memiliki pabrik pemintalan. Engels tidak mengecap pendidikan tinggi secara formal, tetapi mampu menonjolkan diri sebagai tokoh terpelajar sekalipun masih sangat muda melalui artikel-artikel dan pamflet-pamlfetnya yang mengritik agama, bahkan sering tulisan-tulisannya sangat satiris (penuh sindiran). Sejak Oktober 1841, tak lama setelah Marx meninggalkan Berlin, Engels menghabiskan waktu setahun di sana dalam dinas militer, dan dengan penuh semangat bergabung dengan arus filsafat Hegelian Muda yang memabukkan itu. Seperti Marx, ia menjadi penganut Feuerbach yang bersemangat. Pada bulan November 1842, Engels berangkat ke Inggris untuk bekerja di Manchester dalam rangka bisnis kapas keluarganya, dan di sana ia bersentuhan langsung baik dengan penderitaan kelas pekerja maupun dengan gerakan Chartis. Di Inggris, Engels mengumpulkan bahan untuk bukunya The Condition Working Class in England in 1844 (Kondisi Kelas Pekerja di Inggris Tahun 1844),15 di mana ia menyajikan, lebih jelas dari apa yang dilakukan Marx pada masa itu, tesis bahwa gerakan kelas pekerja industri yang berbasiskan kondisi material kehidupannya-lah yang akan menjadi alat bagi revolusi komunis. Di bulan September 1844 Engels pergi ke Paris. Ia menghabiskan waktu beberapa minggu untuk berdiskusi dengan Marx dan mereka menemukan kesepakatan-kesepakatan pada posisi teoritik dasar mereka. Sejak itu kemitraan mereka berlangsung tanpa putus.

Karya bersama Marx dan Engels yang pertama adalah buku yang berjudul The Holy Family (Keluarga Suci),16 sebuah karya yang penuh polemik (perdebatan), yang ditujukan pada beberapa orang Hegelian Muda yang radikal dalam omongan, namun idealis dan tidak politis, yaitu Bruno dan Edgar Bauer, serta Max Stirner. Ini sungguh merupakan karya peralihan antara tulisan-tulisan Marx terdahulu dan teori materialisme historis, dan mengandung tanda-tanda bahwa buku ini ditulis untuk diterbitkan secara terburu-buru. Segera setelah menyelesaikan the Holy Family, Marx pindah ke Brussels, dan keduanya memulai masa-masa studi intensif, dan berangkat bersama ke Inggris untuk melakukan riset lebih lanjut tentang ekonomi politik. Buah dari kerja mereka adalah dua jilid The German Ideology, yang ditulis pada tahun 1845-1846, namun baru diterbitkan pada tahun 1932 setelah keduanya wafat.17
 
The German Ideology mencerminkan sampainya Marx dan Engels pada teori materialisme historis yang kemudian membimbing semua karya mereka berikutnya. Harus ditekankan di sini bahwa pandangan materialis tentang sejarah tidaklah muncul seketika dari otak para penciptanya, dalam dua dekade waktu antara the German Ideology dan Capital, teori sosial Marx itu diubah dan diperbaiki dalam beberapa hal yang penting. The German Ideology, khususnya, tidaklah lepas dari evolusionisme tertentu, yang menyajikan berbagai model produksi yang membentuk sejarah manusia bukan sebagai sebuah garis lurus, sekalipun belum dialektik. Namun kerangka dasar the German Ideology, lepas dari segala kekurangannya, telah mengandung pemutusan radikal terhadap filsafat Hegelian Muda secara umum, khususnya humanisme a la Feuerbach. Apapun yang akan dialami dalam perkembangan teori baru itu kelak, basisnya, seperti juga basis dari semua ilmu baru, diletakkan dalam the German Ideology melalui adanya sebuah `pemutusan epistemologis',18 yang menegakkan satu sudut pandang yang sama sekali baru dalam memahami sejarah. The German Ideology disajikan secara eksplisit sebagai kritik menyeluruh terhadap `filsafat Jerman modern' yang baru ditinggalkannya secara radikal itu19 yang sesaat sebelumnya masih dipegang Marx dan Engels sebagai kerangka teoritik mereka sendiri. Tesis dasar materialisme historis diutarakan dalam bab pertama buku tersebut, yang secara khusus diarahkan untuk mengritik Ludwig Feuerbach, tetua kaum Hegelian Muda dan guru Marx sendiri.

Marx membuka the German Ideology dengan mengritik para filsuf Hegelian Muda yang hanya berusaha untuk mempengaruhi perubahan dan kesadaran, yaitu `menafsirkan kenyataan dengan berbagai cara'.20 Filsafat Hegelian Muda, yang mulai dengan kritik terhadap agama, telah mengritik konsepsi-konsepsi dominan metafisik, politik, hukum dan moral dengan mengungkapkan basis religius mereka, namun filsafat Hegelian Muda ini lupa bahwa ini hanyalah memindahkan satu istilah menjadi istilah yang lain, bukannya memerangi dunia yang nyata ada. Dalam hal ini, the Deutsche-Franz?sische Jahrbücher tentu lebih sedikit kesalahannya dibandingkan para kritikus yang kritis, Bruno dan Edgar Bauer, yang diserang Marx dalam The Holy Family. Marx kemudian meneruskan kritiknya dengan mengritik pernyataan Feuerbach yang menyamakan komunisme dengan humanisme, yang dengan demikian, juga mengritik akibat-akibat dari posisi yang diambil Marx sendiri dalam the Economic and Philosopical Manuscripts. `Keseluruhan kesimpulan yang ditarik oleh Feuerbach … hanyalah sejauh membuktikan bahwa manusia membutuhkan, dan telah selalu membutuhkan satu sama lain', sedangkan kaum komunis `dalam dunia yang nyata berarti pengikut sebuah partai revolusioner tertentu'.21

Marx membangun pembedaan antara komunisme filosofis dan komunisme `nyata' pada sebuah sketsa umum perkembangan historis yang menempatkan komunisme sebagai sebuah `partai revousioner tertentu', bukan dalam dunia ide melainkan sebagai hasil yang niscaya dalam sebuah kondisi sosial tertentu. Dari skema inilah muncul kemudian konsep-konsep dasar tentang materialisme historis. Marx menyajikan penafsirannya tentang sejarah dengan sangat berbeda dari apa yang disajikan oleh filsafat Jerman dalam hal sejarah bergerak maju `dari bumi menuju surga' bukannya sebaliknya. Adalah dalam proses di mana manusia memproduksi alat material untuk penghidupannya, bagaimana mereka `bekerja di bawah pembatasan-pembatasan syarat-syarat dan kondisi-kondisi material tertentu yang tidak tergantung dari kehendak bebas mereka', itulah yang menentukan `pembentukan ide-ide, pandangan dan kesadaran'. `Moralitas, agama, metafisika, dan semua ideologi yang lain … dengan demikian tak lagi dapat mempertahankan tampilan kemandiriannya. Ide-ide tersebut tak punya sejarah, tidak memiliki perkembangan; tetapi manusia, yang mengembangkan produksi materialnya dan interaksi materialnya, mengubah, seiring dengan keberadaan nyata dirinya, pemikiran dan hasil-hasil pemikirannya'.22

Dinamika perkembangan sejarah ditentukan oleh perkembangan kekuatan-kekuatan produktif dan perubahan-perubahan dalam hubungan kepemilikan yang disyaratkannya. Dengan pernyataan bahwa `berbagai tahap perkembangan dalam pembagian kerja hanyalah bentuk-bentuk yang berbeda dari kepemilikan',23 Marx memperkenalkan pembagian masa kesejarahan yang sangat penting bagi teorinya, menempatkan kepemilikan suku, `kepemilikan komunal dan kepemilikan negara' kuno (Greko-Roman) dan kepemilikan feudal sebagai tiga bentuk pra-borjuis yang utama. Karena kesadaran tidak memiliki perkembangan mandiri, maka `jika teori, teologi, filsafat etika dan lain lain ini mengalami kontradiksi dengan hubungan-hubungan [sosial] yang ada, hal ini hanya dapat terjadi karena hubungan-hubungan sosial yang ada telah berbenturan dengan kekuatan-kekuatan produksi yang ada', 24 yaitu karena perkembangan dari kekuatan-kekuatan produktif menuntut adanya bentuk-bentuk kepemilikan baru yang akan berbenturan dengan bentuk-bentuk [kepemilikan] yang ada pada waktu itu.

Setiap pembagian kerja membentuk sejumlah kelas-kelas sosial, yang saling bertentangan sejak pertama kali kepemilikan pribadi berkembang, yang melibatkan sekaligus mengakibatkan `distribusi yang tidak merata baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dalam hal kerja dan produk-produknya'.25 Kepemilikan atas alat produksi memberikan kemampuan pada suatu kelas untuk mendominasi kelas yang lain, dan negara politis menjadi perlu untuk menengahi konflik-konflik yang menyusulnya. `Semua pergulatan di dalam negara, pergulatan antara demokrasi, aristokrasi dan monarki, perjuangan untuk memperoleh hak pilih dan lain-lain, hanyalah bentuk-bentuk semu di mana perjuangan yang sesungguhnya antar kelas-kelas yang berbeda dilancarkan … Setiap kelas yang sedang berjuang untuk mendapatkan kekuasaan … haruslah pertama-tama merebut kendali atas kekuasan politik bagi dirinya agar dapat ganti menyajikan kepentingannya sebagai kepentingan umum'.26 Aturan dari kelas yang dominan selalu disahkan secara ideologis, karena `kelas yang memiliki alat produksi material di tangannya, juga memegang kendali atas alat produksi mental', dan `ide-ide penguasa tak lain adalah perwujudan hubungan-hubungan material yang dominan dalam ide-ide … hubungan-hubungan yang membuat satu kelas menjadi kelas berkuasa'.27

Dalam penafsiran sejarah seperti itu, konsepsi Marx tentang komunisme `nyata' menjadi dapat dipahami. Ide-ide komunis bukanlah hasil logis dari sejarah filsafat, karena filsafat tidak memiliki sejarahnya sendiri. Kesadaran komunis muncul karena hubungan produksi borjuis yang tidak lagi mampu menampung perkembangan kekuatan-kekuatan produktif.

Dalam perkembangan kekuatan-kekuatan produktif, muncullah suatu tahap di mana kekuatan-kekuatan produktif dan alat interaksi yang dihasilkan, di bawah hubungan-hubungan yang ada, hanya menyebabkan kerusakan, dan tidak lagi produktif tapi destruktif (mesin dan uang); dan sehubungan dengan ini muncullah sebuah kelas, yang harus menanggung semua beban masyarakat tanpa menikmati keuntungannya, yang, karena diasingkan dari masyarakat, terpaksa mengambil sikap penentangan yang paling kuat terhadap kelas-kelas yang lain, sebuah kelas yang membentuk mayoritas dari seluruh anggota masyarakat, dan dari mana muncul kesadaran akan perlunya sebuah revolusi yang mendasar.28
Singkatnya, syarat-syarat material bagi komunisme adalah hal yang membangkitkan kesadaran komunis, yang akan mengakibatkan satu tranformasi sosial. `Bagi kami komunisme bukanlah suatu state of affairs [keadaan yang menentukan berlangsungnya peristiwa-peristiwa, pen.] yang harus dibangun, suatu hal yang ideal, di mana kemudian realitas harus menyesuaikan diri terhadapnya. Kami menyebut komunisme sebagai gerakan yang nyata, yang akan menghapuskan berbagai keadaan yang sekarang ada'.29

Dengan the German Ideology, Marx dengan pasti menolak konsep-konsep humanisme Feuerbachian yang mengasumsikan sifat manusia yang ideal, yang harus mengarahkan segala usaha untuk menempa ulang seluruh lembaga sosial. Sebaliknya, Marx menekankan pentingnya penyelidikan ilmiah yang objektif tentang dunia nyata, yang digabungkan dengan praktek politik untuk mengubahnya. Menyusul penemuan teori materialisme historis, Engels kemudian menulis,

Komunisme di antara orang-orang Perancis dan Jerman, Chartisme di antara orang-orang Inggris, kini tidak tampak sebagai suatu yang kebetulan saja, yang dapat saja tidak terjadi sama sekali. Gerakan-gerakan ini kini menampakkan dirinya sebagai gerakan dari kelas tertindas modern, yaitu proletariat, sebagai bentuk yang lebih atau kurang berkembang dari perjuangan yang secara historis memang diperlukan untuk melawan kelas berkuasa, yaitu borjuasi. Dan komunisme kini bukan lagi sebuah campuran, melalui khayalan, tentang sebuah masyarakat yang ideal sesempurna mungkin, melainkan sebuah pandangan terhadap watak, syarat-syaratnya, dan tujuan umum perjuangan dilancarkan oleh kaum proletariat `.30
Meskipun Marx dan Engels kini menyadari bahwa gerakan buruh sejatilah yang telah menarik keduanya pada komunisme, namun ideologi gerakan ini, bahkan ketika sudah menyebut diri sebagai komunis dan memandang perlu penghapusan kepemilikan pribadi, belum menunjukkan satu pandangan yang memadai terhadap masyarakat di mana mereka dimunculkan, dan tentang berbagai kemungkinan dan alat untuk mencapai tranformasi sosial itu. Terlebih lagi, Inggris ketika itu masih merupakan satu-satunya negeri di mana kapitalisme industri mutlak merupakan bentuk produksi material yang dominan, di mana pertanian hanya melibatkan separuh dari populasi pekerja, dan di mana bentuk-bentuk produksi perkotaan awal seperti kerajinan tangan dan manufaktur hampir semuanya telah dihisap kering oleh industri mesin. Pada 1830-an, di Inggris berkembang gerakan historis berwatak massa yang pertama, yang berbasiskan proletariat industri: Chartisme. Melihat fakta ini, Marx dan Engels pun memberikan dukungan yang konsisten terhadap orang-orang Chartis dan bermaksud untuk bekerja sama dengan sayap kiri Chartis, yang dipimpin oleh Ernest Jones dan Julian Harney.

(Ernest Jones yang lahir dalam sebuah keluarga bangsawan rendahan, menjadi wakil paling konsisten dari sayap revolusioner gerakan Chartis, dan merupakan pemimpin Chartis utama yang masih bertahan pada tahun 1850-an. Karena peranannya dalam pemberontakan Chartis 1848, Jones dipenjara selama dua tahun dalam kondisi yang sedemikian buruk, sehingga dua kawannya yang dipenjara bersamanya mati dalam kondisi yang mengenaskan. Jones satu-satunya pemimpin kelas pekerja Inggris pada abad ke-19 yang memahami teori Marx tentang komunisme ilmiah. Walaupun pada 1858 dengan kejatuhan akhir Chartisme — Jones putus hubungan dengan Marx, dan bekerja sama dengan oranng-orang borjuis yang radikal namun, di saat ia wafat, Engels menulis surat kepada Marx yang menyebutkan bahwa `Ernest Jones adalah satu-satunya orang Inggris yang terdidik … yang pada dasarnya berada di pihak kita'.31 George Julian Harney, meskipun terpengaruh oleh Marx dan Engels, namun lebih merupakan seorang romantis revolusioner. Sejak 1843 sampai 1850 ia, de facto, menjadi editor dari koran Chartis yang utama, Northern Star milik Feargus O' Connor. Kemudian dalam korannya sendiri, Red Republican, yang hanya berumur pendek, Harney menerbitkan terjemahan bahasa Inggris pertama dari Manifeto Komunis pada bulan November 1850. Namun, pada tahun 1851, Harney putus hubungan dengan Marx dan menggabungkan diri dengan fraksi Schapper-Willich. Tahun berikutnya, politik Harney yang meledak-ledak dan subjektif membawa pertengkarannya dengan Ernest Jones, dan segera setelahnya, Harney keluar sepenuhnya dari gerakan Chartis.)

Chartisme sama sekali bukan sebuah gerakan komunis atau bahkan bukan gerakan sosialis, melainkan hanya gerakan yang berdasarkan pada program hak pilih umum. Ide-ide komunistik, walaupun bukan dalam makna Marxis tentang gerakan nyata di Inggris, terwakili oleh gerakan Robert Owen yang menyangkal perjuangan kelas, dan berharap dapat meletakkan dasar bagi utopia mereka melalui bujukan-bujukan yang rasional. Ketika Engels tiba di Inggris Oktober 1843, seperti Marx yang ketika itu masih merupakan seorang humanis Feuerbachian, kontak-kontak politiknya yang pertama adalah dengan para Owenis, dan Engels sering kali menyumbangkan pemikirannya pada koran mereka, the New Moral World, selama hampir dua tahun, sebelum akhirnya, dengan pencerahan dari teori yang baru, ia mengalihkan dukungannya kepada koran Chartis, Northern Star.

Di Perancis, walaupun perkembangan kapitalisme lebih terbelakang dibanding Inggris, namun ideologi politiknya lebih mutakhir dan kompleks, yang berkembang berkat tempaan revolusi 1789 dan masa-masa sesudahnya. Sosialisme modern muncul pertama kali di Perancis dengan adanya tulisan-tulisan utopis Henri de Saint-Simon dan Charles Fourier, yang menggambarkan kemungkinan arah perkembangan teknologi industri secara umum. Namun para sosialis utopis tidak menuntut penghapusan kepemilikan pribadi, dan tidak melihat kelas pekerja industri, yang di Perancis pada awal abad ke-19 belum begitu berkembang, sebagai alat bagi perubahan sosial. Pada 1840-an, para pengikut Saint Simon dan Fourier hanya bertahan dalam bentuk semacam sekte-sekte keagamaan, namun tulisan mereka terus mengilhami setiap macam rencana penyelesaian `persoalan sosial', yaitu pergolakan sosial yang disebabkan oleh permulaan proses industrialsasi dan kegelisahan kelas pekerja yang menyertainya.

Di antara doktrin-doktrin sosialis tahun 1840-an ini, dua di antaranya bukan hanya penting dalam sejarah pemikiran sosialis, melainkan juga mampu memenangkan banyak dukungan dari buruh Perancis. Louis Blanc mempelopori `sosialisme demokratik' modern dengan skemanya untuk sebuah `bengkel kerja nasional' mandiri yang dibentuk melalui tindakan-tindakan pemerintah. Pierre Joseph Proudhon, meskipun kadang digolongkan sebagai pendiri anarkisme modern karena penolakannya terhadap negara yang dianggapnya sebagai unnecessary evil [`iblis yang tidak diperlukan', pen.], juga mengajukan obat ajaib sosialisnya sendiri. Proudhon mengajukan `pengorganisasian kredit' sebagai lawan pandangan Blanc, `pengorganisasian kerja', dan memandang bahwa penghisapan dapat dihilangkan jika kelompok-kelompok buruh yang bersatu dapat berproduksi dan dapat melakukan pertukaran berdasarkan pinjaman bebas bunga tanpa batas jatuh tempo. Blanc yakin bahwa bengkel-bengkel kerja pada akhirnya akan dapat menggantikan ekonomi pasar, sedang Proudhon dengan semangatnya yang betul-betul borjuis kecil, menyamakan pasar bebas dengan kebebasan secara umum.32

Istilah `komunisme' di Perancis pada 1840-an menandai satu fenomena yang sangat berbeda, yang merupakan cabang dari tradisi Jacobin dari revolusi Perancis yang pertama. Ide-idenya masih setengah matang namun _tidak seperti sosialisme lain masa itu_ langsung berkaitan dengan perjuangan massa. Komunisme ini mengacu pada konsepsi Persekutuan Kaum Setara, dari Graacchus Babeuf, di tahun 1795, yang dimaksudkan untuk mendirikan, dengan cara kudeta dengan persekongkolan, sebuah kediktatoran `kaum republikan sejati' yang akan menyita harta orang kaya, mengatur penempatan kerja menurut kemampuan masing-masing pribadi, dan menetapkan upah menurut kesetaraan yang ketat. Komunisme egaliter atau komunisme `kasar' ini, sebagaimana Marx menyebutnya, muncul sebelum adanya perkembangan hebat atas mesin-mesin industri. Konsep ini ditujukan pada para sans-culloucs di Paris _para pekerja tangan (aritisan), pekerja harian dan pengangguran_ dan mungkin juga ditujukan pada para petani miskin di pedesaan. Namun persekongkolan Babeuf sebagai mana yang dinyatakan oleh pengikutnya, Buonarotti,33 menyediakan model bagi organisasi-organisasi revolusioner yang terbentuk di bawah monarki Juli di tahun 1830 sampai 1848. Dan pada waktu itu, baik watak kelas dari basis sosial mereka maupun kemungkinan-kemungkinan objektif dari transformasi sosial, sedang mengalami perubahan akibat perkembangan industri mesin. Ide tentang komunisme industri yang berdasarkan pada industri mesin kemudian dipopulerkan dalam novel utopis Etienne Cabet, Voyage en Icarie [Perjalanan Ikarus, pen.], yang diterbitkan pada 1839.

Tokoh yang menonjol dari komunisme Perancis dalam periode sebelum 1848 adalah Auguste Blanqui, yang organisasinya, Société des Saisons, telah mengorganisir sayap revolusioner gerakan buruh Perancis dan melakukan upaya insureksi pada Mei 1839. Blanqui tidak mengembangkan doktrin ekonomi maupun utopis. Tulisan-tulisan Blanqui tentang ekonomi kacau, dan mencela keras Cabet dan Proudhon yang dianggapnya berspekulasi tentang detail-detail tatanan sosial di masa depan. Blanqui yakin bahwa cukuplah kepercayaan bahwa pertumbuhan ekonomi kapitalis akan menuju titik-titik ekstrim kemakmuran dan kemiskinan, dan kemudian harus digantikan dengan semacam bentuk koperasi buruh; lalu melangkah maju untuk memusatkan diri pada upaya menghancurkan negara yang dilihatnya secara tepat sebagai kekuatan terorganisir dari kelas-kelas yang menguasai alat-alat properti. Mengikuti Babeuf dan Buonarotti, Blanqui mengajukan argumennya tentang komunisme berdasarkan prinsip kesetaraan. Ia melihat bahwa Perancis terbagi menjadi sekelompok kecil `orang kaya' dan '30 juta proletarian' (yaitu termasuk petani dan artisan perkotaan beserta semua kelas pekerja industri) dan mengandalkan penggulingan kekuasan negara pada cara-cara kudeta yang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok rahasia. Atas hal-hal ini Marx kemudian mengajukan perdebatan dengan Blanqui. Sekalipun demikian Blanquisme termasuk unik di antara sosialisme dan komunisme pra-Marxist dalam hal sifat gerakannya yang proletar revolusioner. Dan pada bulan Juni 1848, tantangan riil pertama terhadap kekuasaan kelas borjuis terjadi di bawah ilham Blanquis, Blanqui-lah yang menemukan istilah `kediktatoran proletariat'. Walaupun Marx kemudian menstranformasi konsep proletariat, dan menolak taktik-taktik persekongkolan Blanqui, namun ia tetap mempertahankan penekanan Blanqui tentang perlunya penghancuran negara borjuis dengan cara kekerasan sebagai prasyarat bagi komunisme.

Kini kita dapat dengan jelas menempatkan prinsip-prinsip dasar komunisme ilmiah Marx dalam hubungannya dengan doktrin-doktrin sosialis dan komunis pada tahun 1840-an. Marx dengan tegas menentang tokoh-tokoh utopis, Saint-Simon, Fourier dan Owen, bahwa tujuan umum penataan ulang produksi secara rasional tidak dapat dicapai hanya dengan mengajukan alasan-alasan. Marx juga menentang skema-skema Proudhon dan Louis Blanc, yang menyatakan bahwa kelas pekerja hanya dapat dibebaskan melalui aksi politik revolusioner untuk menyita hak milik pribadi. Komunisme hanya dapat muncul sebagai hasil dari pertentangan-pertentangan dalam masyarakat kapitalis, melalui kemenangan kelas pekerja atas borjuasi dalam perjuangan kelas. Namun, walaupun Marx sepakat dengan Blanqui bahwa kelas penguasa yang ada harus dikalahkan secara politik, namun ia menolak konsepsi Blanqui tentang proletariat, basis sosial revolusi yang tak terhisap itu, yang mencakup semua kelas yang bekerja. Bagi Marx masyarakat baru hanya mungkin berbasiskan industri modern, dan hanya kelas pekerja industri yang tidak memilki alat produksi yang dapat dipercaya untuk menghancurkan tatanan kapitalis. Sebagai pasangan dari pembatasan yang dilakukan Marx terhadap basis sosial revolusi, dikembangkannya alat-alat politik dari revolusi tersebut. Masyarakat komunis tidak dapat diwujudkan _seperti apa yang diinginkan Blanqui_ melalui kudeta persekongkolan dan kediktatoran sekelompok elit politik yang mengatasnamakan proletariat, melainkan hanya mungkin diwujudkan melalui organisasi kelas pekerja industri itu sendiri. Di sini Marx mengambil modelnya dari kelompok Chartis Inggris, yang merupakan organisasi massa kelas pekerja modern yang pertama. Subjek politik inilah, proletariat yang terorganisir, yang akan menyita alat-alat produksi dan melakukan kontrol terhadap proses produktif. Dengan penghapusan kelas-kelas yang saling bermusuhan, maka kekuasaan politik akan ditaklukkan, sebagaimana yang diramalkan oleh Saint Simon, menjadi sebuah tatanan administrasi produksi belaka...[]

0 komentar: