TERORIS DITEROR TERUS

bidik

Jangan coba-coba menjadi teroris sekarang ini, kalau anda tidak ingin di teror. Sekalipun anda masuk ke lubang tikus, bau khas teroris anda akan terendus Densus juga. Siapapun anda, jika mau selamat dari tuduhan ini, maka jangan sekali-kali berkata dengan kata-kata yang berhubungan dengan bubuk mesiu, kabel, timer, baut, pemicu, peluru, atau Bassoka, karena kata-kata sandi itu merupakan ciri khusus yang akan memudahkan kerja para intel(igen) mengenali teroris. Apalagi kalau anda memelihara jenggot, memakai jubah sekaligus sorban ala timur tengah, siap-siap saja dialamati predikat teroris. Anda tahu mengapa teroris sekarang mudah dikenali dan kemudian teroris diteror terus?

Ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar, sebagaimana anak-anak yang lain, setiap jam istirahat berdering, saya pun senang bermain bersama teman-teman. Permainan yang kami sukai waktu itu, salah satunya adalah tembak-tembakan dengan menggunakan pistol bambu dan kertas basah sebagai amunisinya. Lokasi permainan kami pilih di bekas gedung perumahan guru yang tinggal dindingnya saja. Kami terbagi manjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari empat sampai lima orang. Setelah dilakukan pengundian, kelompok yang kalah berada di luar gedung dan memposisikan diri sebagai Oposisi yang siap merebut daerah kekuasaan. Sementara yang menang berada di dalam gedung untuk mempertahankan daerahnya dari ancaman musuh.

Permainan dimulai. Dengan sigap, saya memasang amunisi ke dalam pistol dan siap menembak musuh-musuh saya yang akan merebut daerah kekuasaan saya—karena kelompok saya menang dalam pengundian sehingga mendapatkan kuasa untuk menduduki gedung. Pertempuran mulai sengit dan tembak-menembak pun semakin brutal. Musuh semakin berani mendekat area kekuasaan kami. Dalam kungkungan daerah kekuasaan yang terbatas—hanya dalam gedung—kami sadar kalau musuh menyerang kami dari segala penjuru. Dalam waktu yang relatif singkat, akhirnya daerah kekuasaan kami pun dapat mereka lumpuhkan. Kami menyerah. Dan permainan selesai.

Anda tahu mengapa kami menyerah? Karena hasilnya sama saja antara menyerah dan tetap bertahan—sama-sama kalah. Bahkan bisa lebih parah jika kami tidak menyerah, karena musuh akan semakin beringas menghabisi kami semua.

Saya mengandaikan teroris saat ini tidak ubahnya seperti kelompok saya yang menang dalam pengundian, kemudian diberi daerah kekuasan. Padahal sesungguhnya daerah kekuasaan yang terbatas itu yang membuat mereka menjadi tidak berkuasa. Terorisme hanyalah hasil pengundian yang mendiskreditkan sebagian kelompok minoritas yang “diberi kuasa” agar setiap orang diluar mereka menjadi pihak oposisi yang siap—bersama-sama—menghancurkan mereka.

Sebagian besar “teroris” adalah muslim. Dalam Islam banyak ayat-ayat yang menyebutkan tentang perang melawan “orang kafir”. Tujuan teroris adalah membunuh “orang kafir”, maka Islam identik dengan teroris. Kira-kira begitulah analisa logika induktif yang selama ini digunakan sebagai justifikasi kebenaran pendapat kalangan mayoritas “oposisi” teroris. Bahkan nalar ini juga dibenarkan oleh sebagian besar muslim. Atau paling tidak mereka menganggapnya sebagai golongan—orang yang salah pemahaman agamanya—yang wajib dibasmi. Hal ini kemudian yang menjadikan kekuatan “oposisi” teroris semakin kuat. Dan juga semakin memperkecil “daerah kekuasaan” teroris kerena mereka telah didepak dari kelompok yang lebih besar. Keterdesakan itulah, teroris semakin memberanikan dirinya untuk mempertahankan eksistensinya dengan cara apapun.
latihan perang

Namun, layaknya sebuah permainan, waktu pun akan berakhir, baik setelah ada pemenang, maupun belum. Wacana tentang teroris pun akan segera berakhir—sebagaimana isu-isu besar di Indonesia yang tenggelam begitu saja. Tinggal siapa yang bisa bertahan lebih lama dalam menjaga eksistensi masing-masing. Teroris maupun “oposisi”-nya akan selalu saling mengalahkan demi tegaknya sebuah ideologi yang mereka yakini kebenarannya. Saran saya, karena saat ini sudah kadung banyak yang menjadi “oposisi” yang menggeser kekuasaan, ada baiknya kaum teroris sedikit bersabar—mengaburkan diri dari daerah kekuasaannya—untuk mempersiapkan diri menjadi opposan baru.

Terakhir, jika anda punya ideologi yang mirip atau sama dengan “teroris” sudah selayaknya anda berhati-hati. Sudah tidak ada lagi tempat aman bagi anda untuk bersembunyi. Bahkan di WC pun akan ada gambar anda, lengkap dengan aksesoris bom waktu yang siap meledak. Jangan sampai bom itu meledakkan diri anda sendiri. Amin.
meneror teroris

0 komentar: