Logika Materialisme-Dialektis Marxian Tan Malaka dalam Madilog


Logika Materialisme-Dialektis Marxian Tan Malaka dalam Madilog
Rangkuman Bab VI; Logika[1]
Oleh : Pak Kiai Rasyd[2]

A.     Pemanasan
Tan Malaka atau Ibrahim bergelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 19 Februari 1896 – meninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 16 April 1949 pada umur 53 tahun[1]) adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang pemimpin sosialis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Tan Malaka adalah salah satu pejuang “kemerdekaan berpikir” yang terlupakan—atau malah dipaksa untuk dilupakan. Dalam masa kolonial yang menyiksa, membawanya bertualang dan berkenalan dengan paham komunis, sosialis sebagai ideologi tentangannya. Madilog merupakan salah satu bukti keterpengaruhannya atas filsafat materialisme-nya Marx. Tentunya, penerapan madilog untuk rakyat indonesia tidak sertamerta sama dengan di Jerman, musti sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat sehingga dapat membakar semangat kaum intelektual untuk merdeka. Salah satunya dengan mengembangkan pemikiran yang berlogika. Tak tanggung-tanggung, ia begitu fasih berbicara logika Aristotelian dan mengkritik idealisme hegel dan pengikutnya. Baginya, dunia fakta adalah bukti. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama. Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkan secara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat menjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana.

B.     Logika Vis a vis Dialektika
Dialektika tentu mempunyai jangkauan berpikir lebih luas daripada logika. Meski dalam wilayah yang sempit, logika dapat bermain lebih leluasa. Dalam wilayah berpikir, logika memilah wilayah kualitas dan kuantitas. Sifat benda tidak bisa dikaitkan dengan jumlahnya. Air yang dimasak pada suhu 100⁰C bagi logika hanya mempunyai sifat 100⁰ itu. Ia tidak memperdulikan air yang menguap—yang berubah jumlahnya akibat penguapan. Namun, bagi dialektika, kenaikan kuantitas (banyaknya derajat) bisa mengubah sifat, memunculkan kualitas baru dengan kuantitas baru. Air berubah menjadi uap. Perubahan kuantitas menjadi kualitas—dengan kuantitas baru.
Bagi logika, A adalah A, dan bukan B. Tapi dalam dialektika dapat membuat pergerakan dari A menjadi B dengan teori kualitas menjadi kuantitas dan Negation der negation[3].
a.       Logika terhadap kualitas dan kuantitas.
Terhadap “Universal-proposition”, Simpulan umum, yakni yang akan dibicarakan pada pasal ini, maka Logika mengadakan pembagian, yang terpisah seperti berikut:
1. Simpulan yang umum positif [Genaral and affirmative proposition]
2. Simpulan umum negatif [General and negative proposition]
3. Simpulan pecahan positif [Particular affirmative proposition]
4. Simpulan-pecahan negatif [Particular negative proposition]
Ex.
A.     Semua manusia pintar
B.     Semua manusia tidak pintar
C.     Sebagian manusia pintar
D.    Sebagian manusia tidak pintar
Catatan dalam logika:
1.      Contrary proposition; simpulan yang bertentangan tidak bisa benar keduanya, tapi bisa salah keduanya. A dan B
2.      Contradictory proposition; dua simpulan yang saling meniadakan: A dan D.
b.      Teori pembalikan [Conversion]
i.        Semua A termasuk B ---Cv--- Sebagian B termasuk A
ii.      Tidak ada A termasuk B ---Cv--- tidak ada B termasuk A
iii.    Sebagian A termasuk B ---Cv--- Sebagian B termasuk A
Syarat pembalikan: Kualitas [positif atau negatif] dan Kuantitas [Jumlah] harus tetap.
c.       Teori Perlipatan [ Obversion]
Perubahan bentuk (bukan arti) sebuah simpulan kepada simpulan yang lain dengan manjadikan “predikat yang berlwanan arti” dengan obversi-nya.
i.        Semua manusia pasti mati –Ob- Tidak ada manusia yang tidak mati. [A=B, nonA=nonB]
ii.       Tak ada kafir yang suci –Ob- Semua kafir tak suci. [nonA=B, A=nonB]
iii.    Sebagian mahasiswa cerdas –Ob- Sebagian mahasiswa tidak cerdas. [SebagianA=B, SebagianA=nonB]
iv.     Sebagian dosen tidak suka telat -Ob- Sebagian Dosen suka telat. [SebagianA=nonB, sebagianA=B]
d.      Teori Contraposition [ Perlipatan Terbalik]
Suatu simpulan musti kita lipat terlebih dahulu baru kemudian kita balikkan.
Simpulan asal ; Tidak ada mahasiswi UIN yang tidak pakai Jilbab
Obversi-nya      : Semua mahasiswi UIN pakai Jilbab
Pembalikan      : Sebagian dari yang pakai jilbab adalah mahasiswi UIN.
Simpulan Asal            : Tidak ada dosenUIN  yang disiplin
Obversi-nya      : semua dosen UIN tidak disiplin
Pembalikan      : Sebagian dari yang tidak disiplin itu adalah dosen UIN
Simpulan asal : Sebagian mahasiswa tidak merokok
Obversi-nya      : Sebagian mahasiswa merokok
Pembalikan      : Sebagian dari yang merokok itu adalah sebagian mahasiswa UIN.

e.       Silogisme dan sebab akibat
Hukum dasar logika:
Semua             A---B
            C---A
Maka   C---B

Anda bisa mengecek sendiri bagian ini dalam madilog tan malaka. Ada sekitar 18 jenis analisa logika yang ia gunakan.
Beberapa kata kunci
ü  Hukum kausalitas [sebab-akibat]
ü  Genus, species, differentia, accident
ü  Antecedent-yang mendahului akibat
ü  Tuhan dalam hukum kausalitas?
C.    Lima Kesalahan berpikir dan Kritik terhadapnya
v  Paham dijadikan bukti [a priori]
v  Salah atau lupa dalam mengamati bukti
v  Salah menyusun bukti untuk suatu hukum
·         kesalahan analogi
·         kesalahan yang berhubungan dengan tempat dan waktu
·         posthoc, ergo propter hoc
v  Kesalahan dalam pelaksanaan
v  Kesalahan karena keliru
·         karena arti ganda [ambiguous]
·         karena akibat sama dengan premis [begging of question]
·         karena akibat tak bersangkutan dengan pokok pembicaraan.


D.    Penutup
Logika itu membuat Anda berpikir lurus dengan kenyataan. Bukti itu adalah fakta. Maka jangan bicara tanpa bukti yang jelas, kata Tan Malaka. Begitu pula akhir kata saya. Mari Berdiskusi!!!

Sumber Bacaan:
Hanya buku Madilog, karya Tan Malaka yang cukup berhasil membuat saya kelabakan. Silakan memperkaya wawasan dengan bacaan yang lain. Catatan Matakuliah mantiq/ logika—kalau masih ada—mungkin akan sedikit mengingatkan anda kembali tentang arti penting logika dalam khazanah berpikir manusia.


[1] Dipresentasikan dalam diskusi ‘BEJADS” selasa, 4 Januari 2011 di Selatan Fak Tarbiyah UIN Sukayo
[2] Salah satu warga BEJADS dengan nama Asli Mursidi Ali Rysad Arrasyd. Saat ini masih sibuk dengan ketidaksibukannya. Semoga do’a-doanya masih manjur.
[3] Baca filsafat materialism Frederich Engels, sang penerus Marx, terutama menyangkut dialektika.

0 komentar: