Pemdes Terpaksa Ngutang Demi Logistik Pengungsi Lahar Dingin

Magelang - Lambatnya bantuan dari Pemerintah untuk ribuan pengungsi korban banjir lahar dingin Merapi membuat Pemerintah Desa (Pemdes) setempat yang menjadi lokasi pengungsian terpaksa berhutang (ngutang) untuk memenuhi logistik ribuan pengungsi.

Kejadian ini terjadi di Desa Sriwedari dan Desa Adikarto Kecamatan Muntilan, Magelang. Kadus Sriwedari, Basuki menyatakan, sejak kedatangan pengungsi banjir lahar dingin dari Desa Sirahan Kecamatan Salam Senin (10/1) lalu, hingga Jumat (14/01/2011) sekarang belum ada bantuan uang yang datang dari pemerintah.
Basuki menyatakan bantuan yang turun hanya berupa beras. Padahal pihaknya harus menyediakan lauk pauk, belum lagi beberapa perlengkapan untuk kebutuhan MCK dan tidur bagi para pengungsi.

"Kami terpaksa bon pada aparat desa dan warga Sriwedari yang memiliki uang," tegas Basuki.

Basuki menegaskan, di desanya ada dua lokasi pengungsian yaitu balai desa Sriwedari dan SDN Sriwedari yang berjumlah sekitar 700-an orang. Dalam upaya memenuhi logistik, Pemdes harus mengeluarkan uang sebesar Rp 1,2 juta per harinya.

"Selama lima hari, kami sudah ngutang Rp 6 juta dan sampai hari ini belum diturunkan dana dari Pemerintah," keluh Basuki.

Di Desa Adikarto Kecamatan Muntilan, sekretaris desa, Jazuli menyatakan ada satu dusun yakni Sudimoro yang diterjang banjir lahar dingin Sungai Pabelan sehingga 192 warganya mengungsi. Mereka menempati lima rumah warga serta sebuah mushola yang dianggap aman.

Sejak ratusan pengungsi pindah ke desanya Minggu (9/1) malam lalu, bantuan yang datang baru berupa beras. Selama empat hari, Pemdes Adikarto juga terpaksa ngutang pada Pemerintah Desa dan warga. Total hutang yang terkumpul untuk mencukupi logistik pengungsi selama empat hari mencapai Rp 3 juta.

"Namun, hari ini sudah diganti oleh Pemerintah," tegasnya.

Jumlah uang yang diberikan sebagai pengganti hanya sebesar uang yang telah dikeluarkan, sehingga untuk biaya logistik pengungsi selanjutnya, pihaknya harus ngutang lagi.

Lain halnya dengan pengungsi yang berada di Desa Ngrajek yang secara langsung mendapat bantuan dari para donator non-pemerintah dalam jumlah cukup banyak.

Kepala Desa Ngrajek, Abdul Basit menyatakan bantuan pemerintah berupa beras 0,4 kg serta uang lauk pauk Rp 4.500 per orang per hari telah diberikan oleh pemerintah sejumlah 535 pengungsi yang ada.

Namun, jumlah bantuan dari Pemerintah hanya 10 persen dari total bantuan yang ada, dan 90 persen lainnya berasal dari non Pemerintah.

Basit mengungkapkan, bantuan dari Pemerintah itu tidak cukup untuk hidup pengungsi sehari. "Kalau pengungsi hanya mendapatkan bantuan dari pemerintah saja, mereka pasti kelaparan. Untung ada bantuan dari LSM, relawan dan lainnya," tegas Basit.

Kabag Humas Pemkab Magelang, Djanu Trepsilo saat dikonfirmasi menyatakan Pemerintah Kabupaten Magelang telah melakukan pemetaan untuk 4.625 pengungsi yang menempati 12 titik lokasi pengungsian.

Berdasarkan masukan data dan inventarisasi kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi korban lahar dingin pemerintah masih memiliki beras 40 ton, ditambah dari Pemerintah Provinsi 100 ton.

"Untuk uang lauk pauk, masih cukup untuk beberapa minggu ke depan," tegas Janu.

0 komentar: