Jakarta - Tahun 1930 punya arti tersendiri buat warga yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi, yang saat ini sedang bergolak. Saat itu, gunung berapi paling aktif di Indonesia itu meletus dahyat. 1.369 orang tewas dalam bencana itu.
Informasi yang dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Sabtu (30/10/2010), letusan Merapi pada tahun 1930 dicatat sebagai yang terbesar. Selain manusia, amukan gunung yang berada di wilayah Yogykarta Utara itu juga menghancurkan berhektar-hektar lahan pertanian dan rumah penduduk.
Tidak hanya itu, ribuan hewan ternak milik warga mati terkena amukan awan panas atau yang biasa disebut warga setempat dengan sebutan wedhus gembel. Peristiwa itu menjadi trauma tersendiri bagi warga yang sempat mengalaminya.
"Mbiyen okeh sing mati, omah-omah rata karo lemah, kobong (dulu banyak yang meninggal, rumah-rumah rata dengan tanah, terbakar)," begitu cerita Mbah Bingu, salah satu warga Yogyakarta yang mengalami peristiwa itu.
Merapi sempat tenang selama belasan tahun. Hingga akhirnya pada tahun 1954, gunung yang menjadi salah satu titik kosmik penting masyarakat Jawa itu kembali bergolak. Namun kali ini, letusan gunung yang dijaga oleh Mbah Maridjan ini tidak sebesar pada tahun 1930.
Dari data yang diperoleh detikcom, korban tewas sekitar 60-an orang. Letusan juga menyebabkan rumah-rumah penduduk dan ternak milik warga mati. Kemudian, letusan berturut-turut tercatat terjadi pada 1961, 1969, 1976, 1994, 1997, 1998, dan 2001. Sebagian letusan yang terjadi tidak memakan korban.
Pada 2006, Merapi kembali menunjukkan aktivitasnya. Saat itu, awan panas yang meluncur ke arah Kali Gendol menyebabkan dua relawan Tim SAR yang bersembunyi di bungker Kaliadem, tewas. Peristiwa itu terjadi pada 14 Juni 2006. Saat itu, objek wisata Kaliadem porak-poranda.
Empat tahun setelah itu, Merapi kembali 'beraksi'. Dimulai pertengahan Oktober 2010, status Merapi terus meningkat. Hingga akhirnya pada Senin 25 Oktober lalu, BPPT menetapkan status awas untuk gunung tersebut.
Dan tepat sehari setelahnya, beberapa menit sebelum adzan magrib menggema, Merapi memuntahkan awan panas beberapa kali. Warga yang saat itu belum mengungsi langsung panik dan berlarian mencari perlindungan.
Sekitar 30-an orang tewas dalam peristiwa itu, termasuk juru kunci atau kuncen Merapi Raden Ngabehi Surakso Hargo atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Maridjan. Jenazah bintang iklan 'Kuku Bima' itu ditemukan dalam posisi sujud di dapur rumahnya di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Rumah Mbah Maridjan hanya berjarak sekitar 3 km dari puncak Merapi.
Hingga kini, Merapi masih bergolak. Bahkan dini hari tadi sekitar pukul 00.40 WIB, Merapi meledak dengan suara dahyat yang menyebabkan warga lari tunggang langgang. Bahkan warga yang sudah mengungsi di barak-barak pengungsian juga lari mencari perlindungan.
Sampai kapan Merapi akan aman? Para ahli belum bisa memastikannya. Namun tak ada salahnya kita berdoa demi kebaikan bersama. Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar